Well, minggu lalu kita sudah membahas tentang sejarah kebaya dan
perkembangannya. Ada pepatah mengatakan "tak kenal maka tak sayang",
maka dari itu minggu ini kami akan mengulas mengenai sejarah kami
sebagai Dilan Kebaya & Work Outfit...
Awalnya sama sekali tidak terbesit dalam pikiran saya sebagai owner untuk membuat suatu usaha di bidang fashion, karena basic pendidikan tinggi saya adalah sebagai tenaga medis yaitu perawat gigi.
September 2015 saya lulus cumlaude sebagai perawat gigi, tapi entah mengapa saya tiba-tiba tertarik mengikuti kursus menjahit. Saya mulai mencari informasi tempat kursus di kota saya yang tidak terlalu jauh dengan rumah dan tempat kerja. Setelah mendapatkan informasi, saya mengutarakan keinginan saya kepada orangtua, yang saat itu sempat dicibir oleh ayah saya "kamu kuliah tinggi2 kok malah mau jadi penjahit?" saat itu saya hanya menjawab "saya punya keinginan untuk menambah keahlian saya, utk di kemudian hari"
Awalnya sama sekali tidak terbesit dalam pikiran saya sebagai owner untuk membuat suatu usaha di bidang fashion, karena basic pendidikan tinggi saya adalah sebagai tenaga medis yaitu perawat gigi.
September 2015 saya lulus cumlaude sebagai perawat gigi, tapi entah mengapa saya tiba-tiba tertarik mengikuti kursus menjahit. Saya mulai mencari informasi tempat kursus di kota saya yang tidak terlalu jauh dengan rumah dan tempat kerja. Setelah mendapatkan informasi, saya mengutarakan keinginan saya kepada orangtua, yang saat itu sempat dicibir oleh ayah saya "kamu kuliah tinggi2 kok malah mau jadi penjahit?" saat itu saya hanya menjawab "saya punya keinginan untuk menambah keahlian saya, utk di kemudian hari"
Dengan restu dari orang tua, akhirnya saya mulai mengikuti kursus menjahit. Saat itu saya sudah bekerja di dua tempat praktek dokter gigi. Pagi hari saya bekerja sampai siang, lalu saya ikut kursus selama 2 jam, sore sampai malam saya bekerja lagi.
Mulanya saya mengambil kursus dasar menjahit (tidak mengkhusus kebaya), namun baru mengikuti kursus selama 2 minggu yang baru diajarkan cara membuat berbagai pola rok saja, saya berhenti. Saya mencoba belajar menjahit sendiri di rumah, berbekal mesin jahit Ibu saya yang sudah di service karena sudah lama berada di gudang.
Saya mulai belajar membuat baju-baju biasa, hingga saya memberanikan diri membongkar kebaya lama saya, lalu menjiplak polanya pada kain baru. Akhirnya jadi satu kebaya yang langsung saya gunakan untuk kondangan, kebaya yang sederhana namun mendapat banyak pujian saat itu.
Sejak itu, saya terus melatih skill saya dalam membuat kebaya, mulai dari membeli buku pola hingga seringkali bertanya pada tukang-tukang jahit langganan saya (yang akhirnya kini jadi partner saya).
Tiba-tiba saya bertemu dengan teman kuliah saya, saat itu teman saya belum lulus dari kuliah namun ia juga sedang belajar membuat kebaya modifikasi. Akhirnya kami bergabung utk bekerja sama, hingga terbentuk AKUSARA di bulan Maret 2016. Akusara sendiri diambil dari bahasa Sansekerta yang artinya bisa, yakin, pasti sukses. Awalnya kami hanya membuat kebaya untuk sewa/ ready to wear, sampai akhirnya di bulan Juni 2017 saya beranikan diri untuk menerima orderan dari sahabat saya.
Seiring berjalannya waktu, kami tetap membuat kebaya ready to wear sekaligus menerima orderan. Namun karena perbedaan visi dan misi dalam usaha, teman saya mundur dari Akusara di awal tahun 2017 dan saya mulai mengerjakan Akusara seorang diri.
Jatuh bangun mengerjakan usaha sendiri, mulai dari keterbatasan modal (saya menyisihkan gaji saya utk modal, dan juga 70% laba dari Akusara tiap bulannya saya alokasikan untuk penambahan modal), kesibukan kerja di 2 tempat kerja (kerja pagi sampai siang, dan sore sampai malam), kekurangan waktu hingga hampir setiap hari begadang, sampai sering kali saya jatuh sakit karena kelelahan, namun saya tidak pantang menyerah.
Setelah saya menikah di Maret 2017, saya mendapat support penuh dari suami saya untuk mengembangkan usaha ini.
Saya mulai mempercayakan orderan pada tukang-tukang jahit kepercayaan saya, menemukan tukang bordir dan tukang payet yang cocok (berkali-kali mencoba hingga akhirnya bertemu yang cocok, itu sangat mengharukan), sehingga saya mulai bisa fokus mengembangkan usaha saya. Tentunya saya selalu mengontrol proses pengerjaan orderan tersebut.
Desember 2017, saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya sebagai perawat gigi, sekaligus saya memutuskan untuk mengganti nama Akusara menjadi Dilan. Pertimbangan saya mengganti nama, karena sebagian besar customer sangat susah menyebutkan Akusara (kadang disebut akasura, akusarasa, akusura, dsb-nya) sehingga seringkali mereka tidak menemukan akun sosial media Akusara.
Saya mengganti menjadi yang lebih mudah diucapkan, yaitu DiLAN. Dilan sendiri merupakan singkatan nama saya, yaitu Diah Laksmi Atmaning Natha. Saya menggunakan singkatan nama saya sebagai nama usaha tidaklah main-main, melainkan ingin menunjukkan kesungguhan saya dalam usaha ini, bahwa usaha ini akan saya pertanggung jawabkan kualitasnya, nama saya dipertaruhkan untuk apa pun yang terjadi dalam usaha ini.
Terima kasih untuk Ayah saya, yang mendukung saya untuk fokus berwirausaha.
Ibu saya, yang sejak awal tidak pernah meragukan saya sama sekali untuk melakukan usaha ini, selalu menunjukkan wajah bangganya pada saya dan menceritakan kisah saya membangun usaha kepada semua orang (kadang-kadang sampai suka nangis terharu ibu satu ini), itu amat sangat menguatkan saya.
Dan suami saya, yang mensupport saya penuh, mentor hidup sekaligus mentor bagi usaha saya, yang akhirnya menjadi partner usaha saya juga, terima kasih sudah mau dan rela meninggalkan zona nyaman kita.
Terima kasih juga untuk semua keluarga & customer setia yang sudah mempercayakan saya selama ini.
Saya masih merintis usaha ini, saya masih jauh dari kata sukses, namun saya berharap dan terus bekerja keras agar kelak DiLAN Kebaya & Work Outfit dapat dikenal dan bersaing dengan brand lokal lainnya. Go & Fight! :)
Sukses kak semangat
BalasHapus